Minggu, 29 April 2012

belajar motorik

SOSIALISASI ANAK REMAJA



Copy of image003



Oleh :

Tuti Sarwita : 1109200110007







PASCASARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN OLAHRAGA
BANDA ACEH
2012






SOSIALISASI ANAK REMAJA

                Proses dari perkembangan motorik terjadi di setting sosial yang menentukan permainan, game, aktivitas fisik dan olahraga yang kemudian dipengaruhi oleh setting budaya dari individu itu sendiri.
                Istilah masa remaja susah untuk digambarkan. Tidak hanya masa perubahan fisik yang cepat, tetapi juga masa sosial dan transisi psikologis dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja yang dialami oleh anak negara industri akan lebih panjang dibandingkan dengan anak negara agraris. Sebagai contoh anak yang tinggal diperkotaan akan mengalami masa remaja yang panjang dibanding dengan anak yang tinggal di pedesaan. Sebab tingkat pendidikan anak kota lebih panjang atau lebih lama serta kegiatan yang dilakukan cukup banyak dan bervariasi, didukung dengan tingkat ekonomi orang tua dibandingkan dengan anak yang tinggal di pedesaan kegiatan yang dilakukan sangat terbatas begitu juga dengan tingkat pendidikannya. Anak yang tinggal dipedesaan sering mengalami putus sekolah, dan banyak yang kawin muda.
Pada masa remaja, anak suka mengeksplorasi dan bereksperimen yang cukup tinggi yang mengakibatkan anak suka mencoba hal yang baru, seperti kegiatan yang menantang, kritis. Hal ini dilakukan untuk mencari jati diri dari anak.  Ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan masa remaja karena akan membuat anak menjadi kreatif. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberi pandangan kepada anaknya. Bukan sikap otoritas yang ditekankan kepada mereka, karena pada masa ini merupakan masa yang sangat penting untuk kedepannya.

Konsep 18.1 Masa Remaja Yang Ditandai Dengan Eksplorasi Dan Eksperimen, Proses Perkembangan Dalam Kehidupan.
                Proses ini bermanfaat untuk masa depan. Masa remaja merupakan masa yang banyak ditemukan masalah, seperti penyalahgunaan obat terlarang (narkoba), kehamilan dan bunuh diri banyak ditemukan pada zaman ini. Permasalahan ini ditimbulkan dari kegagalan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lain-lain. Ini merupakan suatu ujian bagaimana anak menemukan solusi dan peran keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat membantu anak untuk dapat memilih aneka pilihan dan bertanggung jawab. Proses ini merupakan transisi anak menuju kedewasaan dan ini juga mempengaruhi proses pengembangan motorik.

Konsep 18.2 Sosialisasi Termasuk Modifikasi Perilaku Untuk Menemukan Harapan-Harapan Dari Kelompok.
                Sosialisasi budaya adalah suatu modifikasi dari perilaku seseorang untuk dicocokkan dengan harapan dari seorang kelompok. Sage (1986) menjelaskan “proses belajar keterampilan termasuk didalamnya sikap, nilai-nilai dan perilaku yang memungkinkan kita untuk mengambil suatu bagian dari anggota masyarakat dimana dia berada (tempat tinggal)”. Proses sosialisasi budaya merupakan suatu proses yang panjang dimulai dari bayi hingga dewasa.
                Struktur sosialisasi tergantung pada tiga faktor yakni : status, peran dan norma-norma. Status sosial mengacu pada posisi seseorang dalam masyarakat. Status adalah variabel oleh karena seseorang benar-benar mempunyai beberapa posisi. Anak remaja mempunyai tingkatan yang berbeda dalam status yakni, anak perempuan, anak laki-laki, para siswa dan atlet. Mereka belajar memainkan peranan sosial yang dihubungkan dengan tingkatan status yang telah terbentuk dengan mapan. Oleh karena itu peran yang dilakukan menurut dengan “job description” dan saling berinteraksi. Cara dimana memainkan peranannya perannya sebagai putri, siswa atau atlet dicerminkan oleh status dan norma-norma yang tertentu tentang perilaku. Norma-norma yang berlaku dalam masyarakat adalah standart dari perilaku yang diharapkan dari anggota masyarakat itu sendiri.

Konsep 18.3 Sosial Budaya Tergantung Pada Interaksi, Peran Dan Norma
Sosialisasi adalah suatu proses yang aktif dan harus tidak dipandang sebagai semata-mata internalisasi dari status, peran dan norma-norma. Kita adalah makhluk yang dinamis, terus berkembang dan selalu berinteraksi dengan individu yang berbeda dan ini merupakan proses sosialisasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses dari sosialisasi yang mencakup orang-orang, institusi dan aktivitas. Anggota keluarga, teman, dan orang dewasa hal yang sangat penting dalam memainkan peran dalam pembangunan sosial dari anak remaja. Dalam penelitian Conger dan Peterson (1984) mengatakan struktur keluarga dapat mengubah tingkat sosial anak seperti keluarga tradisional maksudnya fungsi ibu hanya sebagai pengasuh, single parent, kedua orang tua yang mencari nafkah, keluarga yang banyak, kumpul kebo dan lain-lain.  Meskipun demikian U.S Departement of Commerce, Bureau of the Census (1987), menyatakan dari 98% anak yang dalam keluarga menemukan 78% anak yang menyesuaikan diri dengan kedua orang tuanya atau anak yang patuh.
Keluarga mengisyaratkan agen sosial yang dominan, sepanjang masa anak-anak hingga dewasa sebagai bentuk rasa tanggung jawab orang tua kepada anak diantaranya untuk menanamkan rasa memiliki, cinta, kejujuran pada anak dan ini juga mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam mengenalkan aktivitas fisik dan olahraga. Status ekonomi-sosial dari keluarga mempengaruhi aneka pilihan aktivitas fisik dari masa anak-anak  dan remaja. Greenspan (1983) menemukan kegiatan renang, ski, senam untuk status ekonomi menengah – keatas sedangkan kegiatan gulat, baseball, tinju untuk status ekonomi menengah – kebawah.  Greendorfer (1977) dan Greendofer, Lewko (1978) mengatakan keluarga memainkan peranan penting dalam menentukan pemilihan cabang olahraga, sikap peduli orang tua, dorongan dan keikutsertaan merupakan faktor yang penting dalam pemilihan aktivitas tersebut.

Konsep 18.4  Proses Dari Sosialisasi Dipengarui Oleh Anggota Keluarga, Guru, Pelatih Dan Sahabat.
                Greendofer (1977), mengemukakan domain keluarga berkurang pada masa keluarga disebabkan oleh pengaruh atau adanya idola dari seorang anak. Selama masa kanak-kanak, masa remaja dan awal kedewasaan, aktivitas fisik dan olahraga peran sahabat dan orang lain memegang peran khusus dalam perkembangannya. Dan dalam aktivitas fisik dan olahraga orang tua dan pelatih harus mengenal pemilihan aktivitas karena dalam masa ini anak  berkeinginan untuk bersaing dengan teman kelompoknya.
                Masa remaja anak sering mengidolakan seseorang yang dia senangi, misal dalam kegiatan olahraga anak akan menirukan segala teknik yang dia idolakan. Karena dengan begitu dapat meningkatkan semangat dalam berlatih, Carnegie Report (1995).
                Sekolah merupakan agen sosialis dalam perkembangan masa remaja melalui Pendidikan Jasmani. Program Pendidikan Jasmani di sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan keterampilan olahraga dan aktivitas fisik dalam masa remaja.
Program pendidikan jasmani mempunyai potensi yang besar untuk menjadi agen sosial yang penting, namun program pendidikan jasmani tidak mendukung aktivitas fisik & olahraga untuk masa remaja (Seefeldt, 1987; Vogel, 1986) . Minat dan situasi belajar kurang mendukung sehingga pendidikan jasmani kurang memberikan peran yang seharusnya diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan motorik di masa remaja.
               
Konsep 18.5 Kegiatan Olahraga dan Aktivitas Fisik Mempunyai Potensi Yang Besar Untuk Agen Sosialisasi.
                Di zaman sekarang begitu banyak klub-klub olahraga yang berdiri dan beranggotakan anak-anak remaja, ini merupakan suatu kegiatan yang positif dalam mengembangkan sosialisasi bagi anak remaja. Selain klub-klub olahraga, wadah perkumpulan keagamaan juga mempunyai peran yang sama untuk mengembangkan sosialisasi yang dapat membina karakter moral dan untuk mengembangkan nilai-nilai tanggung jawab.
                Aktivitas anak-anak remaja yang terlibat dalam sosialisasi budaya merupakan hal yang penting. Permainan, game dan kegiatan olahraga merupakan proses dari sosialisasi. Greendorfer (1987) menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan sasaran yang obyektif dalam pembangunan sosial, namun kenyataan yang ditemukan bahwa kegiatan aktivitas fisik dalam pendidikan jasmani di sekolah tidak mendukung kegiatan tersebut.
                Untuk mengoptimalkan perkembangan masa remaja, harus mempunyai suatu komitmen yang prioritas dari semua pihak yakni, masyarakat, keluarga, dan sekolah. Carnegie Council (1995) mengemukakan 5 (lima) agar perkembangan di masa remaja berhasil dengan baik, yakni :
1)             Melibatkan kembali keluarga, orang tua selalu aktif dan mengetahui segala kegiatan anaknya. Dimana orang tua selalu memberi sambutan/masukan  terhadap kegiatan yang dipilih anaknya. Pihak sekolah juga harus membantu dalam menghadapi masa transisi anak kedalam masa remaja.
2)             Menciptakan suasana dan program disekolah yang sesuai dengan masa perkembangan anak remaja. Pihak pemerintah/swasta juga harus membantu program sekolah terutama di sekolah menengah pertama.
3)             Mengembangkan promosi kesehatan, untuk memberi pengetahuan bermacam-macam penyakit dan bahaya dari penyakit seperti, penyalahgunaan obat (narkotika), pembunuhan, penyalahgunaan seksual, kehamilan. Karena pada anak remaja yang sifatnya suka mencoba hal baru dan sifatnya menantang. Langkah-langkah yang proaktif ini harus dilakukan pada anak remaja sedini mungkin.
4)             Memperkuat komunitas masyarakat dengan remaja dengan memberikannya tanggung jawab, pandang hidup dan menanamkan rasa hormat.
5)             Mempromosikan melalui media. Dengan media dapat menyampaikan pesan-pesan positif dan perilaku yang bertanggung jawab.

Peran aktivitas fisik dalam wujud permainan, game dan olahraga tidak bisa ditekankan kepada anak secara langsung. Pertumbuhan dan perkembangan gerak melalui setting sosial yang meliputi aktivitas fisik. Kebutuhan akan keanggotaan kelompok adalah suatu alasan untuk keikutsertaan didalam permainan olahraga dan mengidolakan seseorang sebagai panutan

Konsep 18.6 Games dan Permainan Merupakan Peluang dan Menunjukkan Identitas Kelompok.
                Anak remaja akan bangga apabila dirinya dikenal sebagai anggota kelompok atau klub walaupun terkadang tidak sedikit anak remaja yang bergabung tidak menyukai aktivitas fisik (seefeldt, et.al 1992). Coakley (1983) menyatakan bahwa anak remaja akan senang apabila dirinya dilibatkan dalam suatu kegiatan dan dapat menjalin persahabatan. Survey yang dilakukan terhadap anak remaja membuktikan bahwa dengan keikutsertaan dalam kelompok akan menimbulkan kesenangan.
                Olahraga menawarkan banyak kegiatan yang bermanfaat bagi peserta yang ikut serta didalamnya, keseimbangan antara kesehatan dan kompetisi tetap harus dijaga, anggota harus mengenal kebutuhan utama pada dirinya.

Konsep 18.7 Hubungan sebab Akibat antara Prestasi dan Mengagumi Diri Sendiri.
Aktivitas fisik sebagai bagian dari suatu yang penting dalam kegiatan anak remaja, sehingga konsep antara prestasi dan mengagumi diri sendiri mana yang harus diperkuat terlebih dahulu, Weiss (1987). Ini merupakan suatu pernyataan yang kontroversi antara hubungan prestasi dengan mengagumi diri sendiri, apakah mengagumi prestasi yang tinggi yang lebih dulu? atau mengagumi diri sendiri? Untuk menuju kesuksesan.
                Dengan mengabaikan apakah mengagumi diri sendiri atau mengagumi prestasi diri sendiri, aktivitas fisik suatu peran yang sangat penting yang sebagian besar tidak dapat ditentukan dalam proses ini. Di dalam kasus manapun, suatu pandangan yang positif stabil tentang diri adalah suatu aspek yang penting dari proses sosialisasi anak remaja dan aktivitas fisik memegang peranan artinya self-esteem dan achievement saling berhubungan tetapi sukar di dokumentasikan karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik.



Formasi Sikap
                Fungsi utama dari sosialisasi merupakan transfer dari sikap dan nilai budaya pada wara negara. Pada dasarnya sikap, perasaan, suka tidak suka tentang sesuatu, sikap itu merupakan perilaku yang dipelajari. Kenyon (1968) mengemukakan sikap sebagai suatu latent (tidak muncul) tidak bisa diobservasi tetapi kecendrungan stabil, arah dan intensitas merupakan suatu objek.

18.8.   Sikap Adalah Suatu Fungsi Yang Utama Dari Sosialisasi Budaya.
            Sikap diperoleh melalui konteks sosial, dan dapat melalui pembelajaran dan melalui penglihatan. Kellman (1968) sikap dapat melibatkan 3 hal yakni Compliance, Identifikasi, Internalisasi.
1)             Compliance (pemenuhan) yakni melakukan sesuatu dengan harapan mendapat sutu tanggapan/pujian dari orang lain. Contoh : atlet yunior akan melakukan streching/pemanasan sebelum melakukan latihan inti, pemanasan ini dilakukan karena pelatih sedang melihat atau mengawasi mereka.
2)             Identifikasi yakni mengadopsi sikap atau perilaku orang lain untuk ia lakukan. Contoh atlet yunior melihat bagaimana cara pelatih melakukan pemanasan maka ia akan mengadopsi perilaku itu.
3)             Internalisasi yakni memasukkan nilai orang kedalam dirinya. Contoh pelatih mengatakan bahwa pemanasan itu penting, maka ia akan menggunakan pemahaman itu seterusnya.

Aktivitas fisik dalam wujud permainan, game dan olahraga dapat membentuk sikap sportif, sikap dalam suatu kelompok dapat membangun suatu karakter, sikap sportif dan untuk mengembangkan moral dan integritas dari individu itu.
Olahraga mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan perilaku moral oleh karena variasi dari emosi yang tidak dapat diramalkan dalam satu situasi (Coakley, 1990). Olahraga menyediakan suatu pengaturan yang ideal dimana untuk mengajarkan kualitas dan kejujuran, kesetiaan, pengendalian diri.

Konsep 18.9. Game, Permainan dan Olahraga Membantu Pertumbuhan dan Perkembangan Moral.
                Moral perilaku adalah yang mempunyai kaitan dengan phisik atau psikologis antara lain mengenai kebenaran dan tanggung jawab (Weiss dan Bredemeier, 1986). Pertumbuhan moral akan membantu dalam permainan dan olahraga. Perkembangan moral berdasarkan teori piaget yang menjelaskan 3 level yang dibagi dalam 6 tahap.
Level I : Preconventional adalah karateristik dari sebelum masuk sekolah dan pertengahan sekolah dasar usia 0-9 tahun, pada tahap ini egosentris anak lebih menonjol, menghindar dari hukuman, dan memberontak. Pada level ini terdapat 2 langkah, tahap 1 philosophynya perasaan selalu baik, tahap 2 menunjukkan sikap yang setuju apabila menurutnya benar.
Level II : Conventional adalah mempunyai suatu keinginan untuk menyenangkan orang lain, pada level ini terdapat  tahap 3 dan 4.  Tahap  3 menyesuaikan diri ke norma-norma kelompok, tahap 4. mengenali perilaku individu yang diatur oleh ketentuan-ketentuan masyarakat. Pada level ini anak berusia 9 – 16 tahun.
Level III : Postconventional adalah moral sudah dapat mengukur individu dengan inner-directed dibandingkan dengan other-directed. Dalam level ini terdapat tahap 5 dan 6. tahap 5 individu sudah dapat mengenali apa yang menjadi hak atau kebenaran, dan apan yang telah disepakati oleh masyarakat, mengenal adil dan tidak adil. Tahap 6 sudah mempunyai prinsip dalam menentukan sikap. Pada level postconventional anak berusia 16 tahun keatas.
Berikut ini dapat dilihat dalam bagan Kohlberg’s Stage.
 


















Konsep 18.10 Perilaku moral yang menciptakan iklim perilaku seseorang.
                Pengembangan moral tidaklah otomatis tetapi memerlukan sosial yang menentukan dimana dilema moral sering ditemui. Aktivitas fisik, game dan olahraga menawarkan solusi dimana semua tingkat perilaku moral dapat diamati dan dikembangkan. Kecuali jika proses berpikir dirangsang dengan perselisihan antara setuju dan tidak setuju. Jika perselisihan tidak terjadi, tidak mungkin pertumbuhan moral yang jelek itu akan berlangsung. Sebagi contoh olahraga dan aktivitas fisik dapat membangun karakter, dimana dikembangkan dengan cara yang sportif. Sikap sportif bukanlah perkembangan yang otomatis dari keikutsertaan. Namun perkembangan moral dapat diciptakan dalam suatu iklim dengan cara suasana berlatih dan disesuaikan dengan kondisi anak remaja.

Ringkasan
1)             Sosialisasi merupakan suatu proses yang penting sepanjang periode masa remaja, sosialisasi budaya dipengaruhi oleh status, peran dan perilaku norma-norma masyarakat.
2)             Anak remaja pilihan untuk mengubah status dan meningkatnya untuk memainkan peran dalam kehidupannya.
3)             Anak remaja merupakan bentuk dari masyarakat dilingkungannya begitu juga masyarakat merupakan bentuk individu anak remaja.
4)             Berbagai faktor masyarakat mempengaruhi proses dari sosialisasi dalam masa remaja.
5)             Orang lain, institusi, dan aktivitas bertindak sebagai agen sosialisasi utama bagi masa remaja.