Rabu, 16 Mei 2012

LEMPAR LEMBING

ATLETIK (Lempar Lembing)
 




Lapangan Lempar Lembing
 Lempar Lembing

            Lempar lembing termasuk salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik, prestasi yang diukur adalah hasil lemparan sejauh mungkin. Ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai oleh atlet lempar lembing yaitu : cara memegang lembing, cara membawa lembing, lempar lembing tanpa awalan, dan lempar lembing dengan awalan. 
Cara memegang lembing dibedakan tiga cara yaitu cara Amerika, cara Finlandia dan cara menjepit (tang). 

Peraturan lomba lempar lembing 
a. Lembing terdiri atas 3 bagian yaitu mata lembing, badan lembing dan tali pegangan lembing 
Panjang lembing putra : 2,6 m – 2,7 m sedangkan untuk putri : 2,2 m – 2,3 m. berat lembing putra : 800 gram sedangkan untuk putrid : 600 gram
b. Lembing harus dipegang pada tempat pegangan 
c. Lemparan sah bila lembing menancap atau menggores ke tanah 
d. Lemparan tidak sah bila sewaktu melempar menyentuh tanah di depan lengkung lemparan 

Sumber: http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/sport/2084520-pengertian-lempar-lembing/#ixzz1v2gzhC5I




LATIHAN BEBAN

Latihan Beban Untuk Otot Dada

Otot Dada...
Otot dada terdiri dari 2 bagian utama, yaitu Pectoralis major dan pectoralis minor yang berada dibawahnya. 
chest-anatomy


Fungsi otot dada adalah:
1. Pectoralis major berfungsi memutar lengan ke dalam dan menengahkan lengan, menarik lengan melalui dada, merapatkan lengan ke dalam.
2. Pectoralis minor berfungsi menaikkan tulang belikat dan menekan bahu.

Gerakan latihan beban untuk melatih otot dada
Berdasarkan mekanisme geraknya, gerakan latihan beban itu dibagi menjadi 2, yaitu gerakan kompon dan gerakan isolasi. (Lihat Pengertian Gerakan Kompon dan Gerakan Isolasi dalam Latihan Beban)

Jenis-jenis latihan beban untuk otot dada:

Smith machine incline bench press

Bench press

Cable bench press

Lever incline chest press

Lever chest press

Smith machine bench press

Push up

Cable (lying) fly

Dumbbell fly

Dumbbell bench press

Dumbbell incline bench press

Dumbbell pullover

Lever bench press (selectorized)

Lever bench press (plate loaded)

Chest press

Lever incline bench press

Lever seated fly

Senin, 14 Mei 2012

LEMPAR CAKRAM (Bahasa Inggrisnya Discus Throw)

Lempara Cakram

A. Sejarah Lempar Cakram

          Lempar cakram adalah salah satu cabang atletik pada nomor lempar. Lempar cakram sudah dikenal mulai zaman purba oleh bangsa Yunani purba 708 SM, lempar cakram merupakan bagian dari pancalomba (pentathlon). Pada permulaannya, Cakram yang digunakan pada zaman purba dibuat dari batu terupam halus, kemudian dari perunggu yang dicor dan ditempa dengan berat antara 3 sampai 9 ponds (3,06 – 4,08 kg). Cara melakukan lemparan yang pada mulanya menirukan gaya nelayan yang melempar jaring berulang-ulang. Kemudian, ditemukan lemparan dengan sikap badan menyiku secara khusus dengan badan agak bersandar ke depan.


         Cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220 mm dan berat 2 kg untuk laki-laki, 1 kg untuk perempuan. Lempar cakram diperlombakan sejak Olimpiade I tahun 1896 diAthenaYunani.


         Cara melempar cakram dengan awalan dua kali putaran badan caranya yaitu: memegang cakram ada 3 cara, berdiri membelakangi arah lemparan, lengan memegang cakram diayunkan ke belakang kanan diikuti gerakan badan, kaki kanan agak ditekuk, berat badan sebagian besar ada dikanan, cakram diayunkan ke kiri, kaki kanan kendor dan tumit diangkat, lemparan cakram 30 derajat lepas dari pegangan, ayunan cakram jangan mendahului putaran badan, lepasnya cakram diikuti badan condong ke depan.


          Cara memegang cakram adalah dengan ujung jari tangan, ibu jari memengang ujung samping cakram, kemudian pergelangan tangan agak ditekuk sedikit kedalam.






1. Gara membelakangi arah lemparan 

2. Gara menyamping




3. Rangkaian lempar cakram


4. Lapangan lempar cakram


Info selanjutnya silahkan kunjungi di hotihoganthifal.wordpress.com/2012/04/28/sejarah-lempar-cakram

Jumat, 11 Mei 2012

softball




SEJARAH SINGKAT PERMAINAN SOFTBALL
Permainan softball diciptakan oleh George Hansock (Amerika Serikat) dan dimainkan pertama kali di Chicago. Peraturan Permainan dibuat oleh Lewis Robert tahun 1906 dan pada tahun 1916 diperbaiki oleh Mattew.
Pada tahun 1930, ada perubahan permainan dari indoor ke outdoor oleh H.Fischer dan M.J. Ponley. Pada tahun 1968, permainan softball diperkenalkan di asia, ketika dilakukan kejuaraan di Manila. Softball pertama kali dipertandingkan di Indonesia pada PON VII di Surabaya tahun 1969.
PERATURAN PERMAINAN SOFTBALL
a. Lapangan
lapangan softball berbentuk segi empat, panjang setiap sisinya 16,76 m. Ukuran lapangan softball adalah sebagai berikut:
* Panjang setiap sisinya 16,76 m
* Jarak dari home base ke tempat pelempar adalah 13,07 m
* Tempat pelempar berdiri (pitcher plate), berukuran 60 x 15 m
4. Permainan softball mempunyai tiga tempat hinggap pelari yang disebut base. Base terdiri atas base I,II dan III, sedang base IV merupakan tempat untuk memukul (home base). Setiap base terbuat dari karet atau kanvas yang merupakan bantalan, dengan ukuran masing-masing base 38 x 38 cm dan tebal 5 – 12,5 cm, kecuali home base berukuran 42,5 x 21,5/22 cm sisi puncaknya berukuran 30 cm.
5. Perpanjangan garis dari home base ke base I dan II disebut garis batas/ sektor, gunanya untuk menentukan bola jatuhnya di dalam atau di luar garis batas.
b. Perlengkapan pemain
Setiap tim harus menggunakan sragam softball dan topi yang bernomor, serta alat lain untuk penjaga.
Perlengkapan untuk para penjaga antara lain :
1. Pemain penjaga memakai glove (semacam sarung tangan) yang terbuat dari kulit agak tebal, berukuran 38 x 38 cm dan beratnya 283 gram. Untuk penjaga belakang atau catcher, selain memakai glove juga mengenakan pelindung muka atau kepala yang disebut masker/ face mark dan pelindung badan yang disebut body protector.
2. Bola terbuat dari kulit yang didalamnya terdiri atas campuran gabus dan karet. Lingkaran bola 30 cm dan berat bola 190 gram.
3. Alat pemukul atau stick yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh PB PERBASASI yang panjangnya tidak lebih dari 40 cm.
Berikut ini cara/teknik dalam permainan softball
1. menangkap bola atas

2. menangkap bola bawah 

c. cara mematikan lawan 
d. cara memukul 
e. cara melempar 


OLAHRAGA RENANG

Renang

jenis-jenis gaya dalam olahraga renang

a. gaya bebas

b. gaya dada

c. gaya kupu-kupu

d. gaya punggung

untuk info selengkapnya silahkan mengunjungi http://penjaskesrek-fkip-unsyiah.blogspot.com

CEDERA DI KEPALA

Setiap korban kecelakaan yang mengalami benturan di kepala dan pingsan, harus dianggap sebagai penderita geger otak. Demikian pula setiap korban yang pingsan, dan diduga mengalami cedera di kepala harus diperlakukan secara hati-hati.
Pendarahan melalui hidung dan ditelinga setlah mengalami benturan keras di kepala, menandakan adanya tulang tengkorak yang retak.
1.      Pendarahan di kepala
Kulit kepala mempunyai jaringan pembuluh darah yang sangat banyak jumlahnya. Sehingga luka yang dangkal punbanyak mengalirkan darah. Pendarahan kepala lebih berbahaya apabila terjadi didaerah di atas telinga, atau di belakang kepala.

Tindaka pertolongan pertama;
            Perhatikanlah mungkin ada tulang kepala yang retak (pendarahan lewat telinga dan hidung).
            Perhatikan pula adanya tulang kepala yang pecah (lihat patah tulang), dan mungkin ada gangguan pada otak (lihat geger otak). Nila tidak ada tanda-tanda patah tulang kepala atau gangguan pada otak: hentikanlah pendarahan dengan jalan menekannya langsung di tempat luka. Luka di tutup dnegan kasa steril dan diberi balutan yang menekan. Bila ada tanda-tanda patah tulang kepala; tekanan langsung di tempat luka akan lebih berbahaya.
            Yang harus di kerjakan ialah: mencoba menghentikan pendaarahan dengan menekan nadi yang mengalirkan darah ke kulit kepala (lihat pendaraham pembuluh nadi).
Caranya: 1. Dengan mempergunakan tiga jari tangan, nadi leher ditekan ke belakang. Ibu jari   tangan Yang menekan diletakkan di tengkuk. Jadi nadi ditekan kea rah ibu jari, jangan kea rah tenggorokkan.
2.Nadi yang ditekan ialah nadi yang terletak pada sisi yang sama dengan tempat pendarahan dilakukan lebih rendah dari jakun.

2.    Luka terbuka  dikepala
      Tindakan pertolongan:
·         Hentikan pendarahan seperti di atas.
·         Apabila luka tidak disertai patah tulang kepala:









·         Gunting rambut sekitar luka
·         Bersihkan lukanya dengan cairan steril.
·         Tutp luka itu dengan kasa steril lalu di balut.
·         Bawa penderita ke docter.

3.      Memar di kepala
Pukulan benda tumpul mungkin tidak mengakibatkan luka terbuka, tapi hanya memar. Pembuluhdara dibawah kulit ada yang pecah, tetapi darah tidak dapat mengalir keluar. Pendarahan itu Nampak sebagai benjolan lembek di tempat yang terkena pukulan.
Tindakan pertolongan;
1.      Perhatikan adanya geger otak atau patah tulang kepala.
2.      Bila tidak ada; suruh penderita berbaring dengan bantal agak tinggi.
3.      Kompres bagian yang melamar dengan air dingin
4.      Jika pembengkakkan makin membesar, penderita harus dibawa kerumah sakit
5.      Obat pelawan rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya.
4.      Geger otak
Tanda-tanda gegar otak ialah, penderita pingsan setelah kepalanya terbentur. Setelah sadar, ia lupa akan peristiwa yang terjadi sebelum kecelakaan.
Semakin lama ia pingsan, semakin berat geger otak yang dideritanya. Demikian pula semakin panjang jangka waktu yang dilupakannya (baik tentang hal-hal sbelum maupun segera sesudah kecelakaan), semakin berat pula geger otaknya. Geger otak yang ringan biasanya sembuh tanpa penyulit yang berupa kelainan saraf.
Tindakan p[ertolongan :
1.      Bersihkan mulut dan saluran nafasnya dari kotoran, lender ataupun muntahan.
2.      Baringkan penderita dengan kepala mengadap ke samping, yaitu untuk memudahkan aliran zat-zat yang dimuntahkan
3.      Penderita tidaak boleh terlalu sering diangkat.
4.      Hentikan pendarahannya, bila ada
5.      Dalam mengusung penderita, perlakukanlah seperti pada penderita patah tulang leher (lihat patah tulang)
6.      Penderita yang sudah sadar, harus tetap berbaring dan dicegah agar tiak gelisah
7.      Kirim penderita kerumah sakit untuk pemeriksaan yang lebih teliti.

5.      Pendarahan selaput otak
Kecelakaan di kepala mungkin tidak mengakibatkan apa-apa diluarnya. Tetapi pembuluh darah selaput otak mungkin pecah. Dalam hal ini, penderita biasanya tidak merasa apa-apa kecuali sedikit setelah kecelakaan.
Tetapi makin lama darah yang mengumpul di rongga otak semakin banyak dan semakin menekan otak. Olaeh karena itu beberapa jam kemudian penderita akan merasa semakin pusing, muntah-muntah dan pingsan.
Tindakan pertolongan:
1.   Setiap korban kecelakaan yang diduga mengalami benturan di kepala harus diperlakukan sebagai penderita geger otak.
2.                                    Meskipun ia tetap sadar, penderita tetap harus berbaring dnegan kepala dialasi bantal
3.                                    Setiap seperempat atau setengah ajam kesadarannya harus diperiksa.
4.Jika perlu, pederita harus dibangunkan apabila ia tertidur. Kedadaran yang menghilang sementara ia tertidur akan lebih sulit diketahui
5.Apabila kesadaran menurun, atau kepala semakin pusing, atau muntah-muntah semakin banyak, penderita harus segera dibawa kerumah sakit dalam keadaan tetap terbaring. selanjutnya bisa di peroleh info di www.PPS Unsyiah.blogspot.com

Minggu, 29 April 2012

belajar motorik

SOSIALISASI ANAK REMAJA



Copy of image003



Oleh :

Tuti Sarwita : 1109200110007







PASCASARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN OLAHRAGA
BANDA ACEH
2012






SOSIALISASI ANAK REMAJA

                Proses dari perkembangan motorik terjadi di setting sosial yang menentukan permainan, game, aktivitas fisik dan olahraga yang kemudian dipengaruhi oleh setting budaya dari individu itu sendiri.
                Istilah masa remaja susah untuk digambarkan. Tidak hanya masa perubahan fisik yang cepat, tetapi juga masa sosial dan transisi psikologis dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja yang dialami oleh anak negara industri akan lebih panjang dibandingkan dengan anak negara agraris. Sebagai contoh anak yang tinggal diperkotaan akan mengalami masa remaja yang panjang dibanding dengan anak yang tinggal di pedesaan. Sebab tingkat pendidikan anak kota lebih panjang atau lebih lama serta kegiatan yang dilakukan cukup banyak dan bervariasi, didukung dengan tingkat ekonomi orang tua dibandingkan dengan anak yang tinggal di pedesaan kegiatan yang dilakukan sangat terbatas begitu juga dengan tingkat pendidikannya. Anak yang tinggal dipedesaan sering mengalami putus sekolah, dan banyak yang kawin muda.
Pada masa remaja, anak suka mengeksplorasi dan bereksperimen yang cukup tinggi yang mengakibatkan anak suka mencoba hal yang baru, seperti kegiatan yang menantang, kritis. Hal ini dilakukan untuk mencari jati diri dari anak.  Ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan masa remaja karena akan membuat anak menjadi kreatif. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberi pandangan kepada anaknya. Bukan sikap otoritas yang ditekankan kepada mereka, karena pada masa ini merupakan masa yang sangat penting untuk kedepannya.

Konsep 18.1 Masa Remaja Yang Ditandai Dengan Eksplorasi Dan Eksperimen, Proses Perkembangan Dalam Kehidupan.
                Proses ini bermanfaat untuk masa depan. Masa remaja merupakan masa yang banyak ditemukan masalah, seperti penyalahgunaan obat terlarang (narkoba), kehamilan dan bunuh diri banyak ditemukan pada zaman ini. Permasalahan ini ditimbulkan dari kegagalan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lain-lain. Ini merupakan suatu ujian bagaimana anak menemukan solusi dan peran keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat membantu anak untuk dapat memilih aneka pilihan dan bertanggung jawab. Proses ini merupakan transisi anak menuju kedewasaan dan ini juga mempengaruhi proses pengembangan motorik.

Konsep 18.2 Sosialisasi Termasuk Modifikasi Perilaku Untuk Menemukan Harapan-Harapan Dari Kelompok.
                Sosialisasi budaya adalah suatu modifikasi dari perilaku seseorang untuk dicocokkan dengan harapan dari seorang kelompok. Sage (1986) menjelaskan “proses belajar keterampilan termasuk didalamnya sikap, nilai-nilai dan perilaku yang memungkinkan kita untuk mengambil suatu bagian dari anggota masyarakat dimana dia berada (tempat tinggal)”. Proses sosialisasi budaya merupakan suatu proses yang panjang dimulai dari bayi hingga dewasa.
                Struktur sosialisasi tergantung pada tiga faktor yakni : status, peran dan norma-norma. Status sosial mengacu pada posisi seseorang dalam masyarakat. Status adalah variabel oleh karena seseorang benar-benar mempunyai beberapa posisi. Anak remaja mempunyai tingkatan yang berbeda dalam status yakni, anak perempuan, anak laki-laki, para siswa dan atlet. Mereka belajar memainkan peranan sosial yang dihubungkan dengan tingkatan status yang telah terbentuk dengan mapan. Oleh karena itu peran yang dilakukan menurut dengan “job description” dan saling berinteraksi. Cara dimana memainkan peranannya perannya sebagai putri, siswa atau atlet dicerminkan oleh status dan norma-norma yang tertentu tentang perilaku. Norma-norma yang berlaku dalam masyarakat adalah standart dari perilaku yang diharapkan dari anggota masyarakat itu sendiri.

Konsep 18.3 Sosial Budaya Tergantung Pada Interaksi, Peran Dan Norma
Sosialisasi adalah suatu proses yang aktif dan harus tidak dipandang sebagai semata-mata internalisasi dari status, peran dan norma-norma. Kita adalah makhluk yang dinamis, terus berkembang dan selalu berinteraksi dengan individu yang berbeda dan ini merupakan proses sosialisasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses dari sosialisasi yang mencakup orang-orang, institusi dan aktivitas. Anggota keluarga, teman, dan orang dewasa hal yang sangat penting dalam memainkan peran dalam pembangunan sosial dari anak remaja. Dalam penelitian Conger dan Peterson (1984) mengatakan struktur keluarga dapat mengubah tingkat sosial anak seperti keluarga tradisional maksudnya fungsi ibu hanya sebagai pengasuh, single parent, kedua orang tua yang mencari nafkah, keluarga yang banyak, kumpul kebo dan lain-lain.  Meskipun demikian U.S Departement of Commerce, Bureau of the Census (1987), menyatakan dari 98% anak yang dalam keluarga menemukan 78% anak yang menyesuaikan diri dengan kedua orang tuanya atau anak yang patuh.
Keluarga mengisyaratkan agen sosial yang dominan, sepanjang masa anak-anak hingga dewasa sebagai bentuk rasa tanggung jawab orang tua kepada anak diantaranya untuk menanamkan rasa memiliki, cinta, kejujuran pada anak dan ini juga mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam mengenalkan aktivitas fisik dan olahraga. Status ekonomi-sosial dari keluarga mempengaruhi aneka pilihan aktivitas fisik dari masa anak-anak  dan remaja. Greenspan (1983) menemukan kegiatan renang, ski, senam untuk status ekonomi menengah – keatas sedangkan kegiatan gulat, baseball, tinju untuk status ekonomi menengah – kebawah.  Greendorfer (1977) dan Greendofer, Lewko (1978) mengatakan keluarga memainkan peranan penting dalam menentukan pemilihan cabang olahraga, sikap peduli orang tua, dorongan dan keikutsertaan merupakan faktor yang penting dalam pemilihan aktivitas tersebut.

Konsep 18.4  Proses Dari Sosialisasi Dipengarui Oleh Anggota Keluarga, Guru, Pelatih Dan Sahabat.
                Greendofer (1977), mengemukakan domain keluarga berkurang pada masa keluarga disebabkan oleh pengaruh atau adanya idola dari seorang anak. Selama masa kanak-kanak, masa remaja dan awal kedewasaan, aktivitas fisik dan olahraga peran sahabat dan orang lain memegang peran khusus dalam perkembangannya. Dan dalam aktivitas fisik dan olahraga orang tua dan pelatih harus mengenal pemilihan aktivitas karena dalam masa ini anak  berkeinginan untuk bersaing dengan teman kelompoknya.
                Masa remaja anak sering mengidolakan seseorang yang dia senangi, misal dalam kegiatan olahraga anak akan menirukan segala teknik yang dia idolakan. Karena dengan begitu dapat meningkatkan semangat dalam berlatih, Carnegie Report (1995).
                Sekolah merupakan agen sosialis dalam perkembangan masa remaja melalui Pendidikan Jasmani. Program Pendidikan Jasmani di sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan keterampilan olahraga dan aktivitas fisik dalam masa remaja.
Program pendidikan jasmani mempunyai potensi yang besar untuk menjadi agen sosial yang penting, namun program pendidikan jasmani tidak mendukung aktivitas fisik & olahraga untuk masa remaja (Seefeldt, 1987; Vogel, 1986) . Minat dan situasi belajar kurang mendukung sehingga pendidikan jasmani kurang memberikan peran yang seharusnya diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan motorik di masa remaja.
               
Konsep 18.5 Kegiatan Olahraga dan Aktivitas Fisik Mempunyai Potensi Yang Besar Untuk Agen Sosialisasi.
                Di zaman sekarang begitu banyak klub-klub olahraga yang berdiri dan beranggotakan anak-anak remaja, ini merupakan suatu kegiatan yang positif dalam mengembangkan sosialisasi bagi anak remaja. Selain klub-klub olahraga, wadah perkumpulan keagamaan juga mempunyai peran yang sama untuk mengembangkan sosialisasi yang dapat membina karakter moral dan untuk mengembangkan nilai-nilai tanggung jawab.
                Aktivitas anak-anak remaja yang terlibat dalam sosialisasi budaya merupakan hal yang penting. Permainan, game dan kegiatan olahraga merupakan proses dari sosialisasi. Greendorfer (1987) menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan sasaran yang obyektif dalam pembangunan sosial, namun kenyataan yang ditemukan bahwa kegiatan aktivitas fisik dalam pendidikan jasmani di sekolah tidak mendukung kegiatan tersebut.
                Untuk mengoptimalkan perkembangan masa remaja, harus mempunyai suatu komitmen yang prioritas dari semua pihak yakni, masyarakat, keluarga, dan sekolah. Carnegie Council (1995) mengemukakan 5 (lima) agar perkembangan di masa remaja berhasil dengan baik, yakni :
1)             Melibatkan kembali keluarga, orang tua selalu aktif dan mengetahui segala kegiatan anaknya. Dimana orang tua selalu memberi sambutan/masukan  terhadap kegiatan yang dipilih anaknya. Pihak sekolah juga harus membantu dalam menghadapi masa transisi anak kedalam masa remaja.
2)             Menciptakan suasana dan program disekolah yang sesuai dengan masa perkembangan anak remaja. Pihak pemerintah/swasta juga harus membantu program sekolah terutama di sekolah menengah pertama.
3)             Mengembangkan promosi kesehatan, untuk memberi pengetahuan bermacam-macam penyakit dan bahaya dari penyakit seperti, penyalahgunaan obat (narkotika), pembunuhan, penyalahgunaan seksual, kehamilan. Karena pada anak remaja yang sifatnya suka mencoba hal baru dan sifatnya menantang. Langkah-langkah yang proaktif ini harus dilakukan pada anak remaja sedini mungkin.
4)             Memperkuat komunitas masyarakat dengan remaja dengan memberikannya tanggung jawab, pandang hidup dan menanamkan rasa hormat.
5)             Mempromosikan melalui media. Dengan media dapat menyampaikan pesan-pesan positif dan perilaku yang bertanggung jawab.

Peran aktivitas fisik dalam wujud permainan, game dan olahraga tidak bisa ditekankan kepada anak secara langsung. Pertumbuhan dan perkembangan gerak melalui setting sosial yang meliputi aktivitas fisik. Kebutuhan akan keanggotaan kelompok adalah suatu alasan untuk keikutsertaan didalam permainan olahraga dan mengidolakan seseorang sebagai panutan

Konsep 18.6 Games dan Permainan Merupakan Peluang dan Menunjukkan Identitas Kelompok.
                Anak remaja akan bangga apabila dirinya dikenal sebagai anggota kelompok atau klub walaupun terkadang tidak sedikit anak remaja yang bergabung tidak menyukai aktivitas fisik (seefeldt, et.al 1992). Coakley (1983) menyatakan bahwa anak remaja akan senang apabila dirinya dilibatkan dalam suatu kegiatan dan dapat menjalin persahabatan. Survey yang dilakukan terhadap anak remaja membuktikan bahwa dengan keikutsertaan dalam kelompok akan menimbulkan kesenangan.
                Olahraga menawarkan banyak kegiatan yang bermanfaat bagi peserta yang ikut serta didalamnya, keseimbangan antara kesehatan dan kompetisi tetap harus dijaga, anggota harus mengenal kebutuhan utama pada dirinya.

Konsep 18.7 Hubungan sebab Akibat antara Prestasi dan Mengagumi Diri Sendiri.
Aktivitas fisik sebagai bagian dari suatu yang penting dalam kegiatan anak remaja, sehingga konsep antara prestasi dan mengagumi diri sendiri mana yang harus diperkuat terlebih dahulu, Weiss (1987). Ini merupakan suatu pernyataan yang kontroversi antara hubungan prestasi dengan mengagumi diri sendiri, apakah mengagumi prestasi yang tinggi yang lebih dulu? atau mengagumi diri sendiri? Untuk menuju kesuksesan.
                Dengan mengabaikan apakah mengagumi diri sendiri atau mengagumi prestasi diri sendiri, aktivitas fisik suatu peran yang sangat penting yang sebagian besar tidak dapat ditentukan dalam proses ini. Di dalam kasus manapun, suatu pandangan yang positif stabil tentang diri adalah suatu aspek yang penting dari proses sosialisasi anak remaja dan aktivitas fisik memegang peranan artinya self-esteem dan achievement saling berhubungan tetapi sukar di dokumentasikan karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik.



Formasi Sikap
                Fungsi utama dari sosialisasi merupakan transfer dari sikap dan nilai budaya pada wara negara. Pada dasarnya sikap, perasaan, suka tidak suka tentang sesuatu, sikap itu merupakan perilaku yang dipelajari. Kenyon (1968) mengemukakan sikap sebagai suatu latent (tidak muncul) tidak bisa diobservasi tetapi kecendrungan stabil, arah dan intensitas merupakan suatu objek.

18.8.   Sikap Adalah Suatu Fungsi Yang Utama Dari Sosialisasi Budaya.
            Sikap diperoleh melalui konteks sosial, dan dapat melalui pembelajaran dan melalui penglihatan. Kellman (1968) sikap dapat melibatkan 3 hal yakni Compliance, Identifikasi, Internalisasi.
1)             Compliance (pemenuhan) yakni melakukan sesuatu dengan harapan mendapat sutu tanggapan/pujian dari orang lain. Contoh : atlet yunior akan melakukan streching/pemanasan sebelum melakukan latihan inti, pemanasan ini dilakukan karena pelatih sedang melihat atau mengawasi mereka.
2)             Identifikasi yakni mengadopsi sikap atau perilaku orang lain untuk ia lakukan. Contoh atlet yunior melihat bagaimana cara pelatih melakukan pemanasan maka ia akan mengadopsi perilaku itu.
3)             Internalisasi yakni memasukkan nilai orang kedalam dirinya. Contoh pelatih mengatakan bahwa pemanasan itu penting, maka ia akan menggunakan pemahaman itu seterusnya.

Aktivitas fisik dalam wujud permainan, game dan olahraga dapat membentuk sikap sportif, sikap dalam suatu kelompok dapat membangun suatu karakter, sikap sportif dan untuk mengembangkan moral dan integritas dari individu itu.
Olahraga mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan perilaku moral oleh karena variasi dari emosi yang tidak dapat diramalkan dalam satu situasi (Coakley, 1990). Olahraga menyediakan suatu pengaturan yang ideal dimana untuk mengajarkan kualitas dan kejujuran, kesetiaan, pengendalian diri.

Konsep 18.9. Game, Permainan dan Olahraga Membantu Pertumbuhan dan Perkembangan Moral.
                Moral perilaku adalah yang mempunyai kaitan dengan phisik atau psikologis antara lain mengenai kebenaran dan tanggung jawab (Weiss dan Bredemeier, 1986). Pertumbuhan moral akan membantu dalam permainan dan olahraga. Perkembangan moral berdasarkan teori piaget yang menjelaskan 3 level yang dibagi dalam 6 tahap.
Level I : Preconventional adalah karateristik dari sebelum masuk sekolah dan pertengahan sekolah dasar usia 0-9 tahun, pada tahap ini egosentris anak lebih menonjol, menghindar dari hukuman, dan memberontak. Pada level ini terdapat 2 langkah, tahap 1 philosophynya perasaan selalu baik, tahap 2 menunjukkan sikap yang setuju apabila menurutnya benar.
Level II : Conventional adalah mempunyai suatu keinginan untuk menyenangkan orang lain, pada level ini terdapat  tahap 3 dan 4.  Tahap  3 menyesuaikan diri ke norma-norma kelompok, tahap 4. mengenali perilaku individu yang diatur oleh ketentuan-ketentuan masyarakat. Pada level ini anak berusia 9 – 16 tahun.
Level III : Postconventional adalah moral sudah dapat mengukur individu dengan inner-directed dibandingkan dengan other-directed. Dalam level ini terdapat tahap 5 dan 6. tahap 5 individu sudah dapat mengenali apa yang menjadi hak atau kebenaran, dan apan yang telah disepakati oleh masyarakat, mengenal adil dan tidak adil. Tahap 6 sudah mempunyai prinsip dalam menentukan sikap. Pada level postconventional anak berusia 16 tahun keatas.
Berikut ini dapat dilihat dalam bagan Kohlberg’s Stage.
 


















Konsep 18.10 Perilaku moral yang menciptakan iklim perilaku seseorang.
                Pengembangan moral tidaklah otomatis tetapi memerlukan sosial yang menentukan dimana dilema moral sering ditemui. Aktivitas fisik, game dan olahraga menawarkan solusi dimana semua tingkat perilaku moral dapat diamati dan dikembangkan. Kecuali jika proses berpikir dirangsang dengan perselisihan antara setuju dan tidak setuju. Jika perselisihan tidak terjadi, tidak mungkin pertumbuhan moral yang jelek itu akan berlangsung. Sebagi contoh olahraga dan aktivitas fisik dapat membangun karakter, dimana dikembangkan dengan cara yang sportif. Sikap sportif bukanlah perkembangan yang otomatis dari keikutsertaan. Namun perkembangan moral dapat diciptakan dalam suatu iklim dengan cara suasana berlatih dan disesuaikan dengan kondisi anak remaja.

Ringkasan
1)             Sosialisasi merupakan suatu proses yang penting sepanjang periode masa remaja, sosialisasi budaya dipengaruhi oleh status, peran dan perilaku norma-norma masyarakat.
2)             Anak remaja pilihan untuk mengubah status dan meningkatnya untuk memainkan peran dalam kehidupannya.
3)             Anak remaja merupakan bentuk dari masyarakat dilingkungannya begitu juga masyarakat merupakan bentuk individu anak remaja.
4)             Berbagai faktor masyarakat mempengaruhi proses dari sosialisasi dalam masa remaja.
5)             Orang lain, institusi, dan aktivitas bertindak sebagai agen sosialisasi utama bagi masa remaja.